Di era digital saat ini, banyak orang tua memberikan gawai kepada anak untuk menenangkan atau mengalihkan perhatian mereka. Namun, para ahli memperingatkan bahwa kebiasaan ini bisa berdampak buruk terhadap perkembangan anak, terutama pada kemampuan makan dan sensorik mereka.

Dokter anak dan terapis tumbuh kembang menegaskan bahwa paparan gawai yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan anak dalam merespons rangsangan sensorik. Anak yang terlalu sering menatap layar cenderung menjadi pasif, kurang eksploratif, dan kehilangan kesempatan untuk merasakan langsung tekstur, rasa, serta aroma makanan secara alami.

Tak hanya itu, gawai juga sering digunakan sebagai “alat pengalih” saat makan. Anak yang makan sambil menonton cenderung tidak fokus pada rasa lapar atau kenyang. Akibatnya, mereka bisa mengalami gangguan pola makan, seperti sulit makan tanpa tontonan atau memilih-milih makanan.

Orang tua perlu membiasakan anak makan tanpa distraksi. Ajak anak duduk bersama di meja makan, biarkan mereka menyentuh, mencium, dan mengenali makanan dengan indera mereka. Aktivitas ini melatih kepekaan sensorik dan membentuk hubungan sehat dengan makanan.

Selain itu, interaksi sosial selama makan juga penting. Saat anak tidak sibuk dengan gawai, mereka bisa belajar berkomunikasi, meniru kebiasaan makan sehat, dan mengembangkan keterampilan motorik halus.

Dokter menyarankan untuk membatasi penggunaan gawai pada anak, maksimal satu jam per hari untuk usia 2–5 tahun, dan bahkan lebih sedikit untuk anak di bawah usia dua tahun.

Dengan mengurangi ketergantungan pada gawai, orang tua membantu anak tumbuh lebih sehat, responsif, dan mampu mengenali login medusa88  kebutuhan tubuhnya secara alami. Jadikan momen makan sebagai waktu berkualitas, bukan sekadar rutinitas.

By admin